Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Terima Kasih Telah Berkunjung Di Halaman Aini

Judul cerita Islami

Jumat, 31 Agustus 2012

Jodoh kata ayah adalah??........

     Aku Mengenal sosok adam yang baik  dia selalu berbagi ilmu pengetahuan kepada ku apalagi masalah ilmu yang belum pernah aku tahu,aku sering bertanya kepada dia tanpa perasaan malu dan sungkan sedikit pun ,Alkahmdulillah banyak ilmu yang aku dapat dari dia ..

        Malam itu ada perasaan yang mengganjal di benak ku,aku mencoba bertanya kepada dia "kak menurut kakak bagai mana pandangan kakak tentang jodoh ?? dia terdiam sejenak dan beberapa menit kemudian dia menjawab nya dengan di awali BISMILLAH tapi sedkit jawaban yang dia utarakan kepada ku mungkin dia tau tapi dia blm bisa menjabar kan bagai mana untuk menerangkan kata-kata  itu......
   

    Pernah dulu sebelum tidur aku menanyakan kepada Alharhum Ayah ku ,Ayah ku pun tersenyum dan menjawab jodoh itu sesuai dengan karakter kita sayang,kalau adek  baik nanti jodoh nya baik,adek  pengen kan dapat jodoh orang baik ,Aku pun mengangguk tapi ayah??? timbal ku lagi Bukan kah jodoh itu sudah di tulis sama Allah semenjak kita belum lahir di dunia ,maut rizki dan jodoh ,adek  kok  sudah tahu ilmu itu dari mana ???

Dari kitab -kitab yang Ayah  baca.....

Ayah boleh kah saya bertanya ?? " silahkan nak "

Gini ayah apakah Jodoh  datang dengan cara yang tidak disangka-sangka oleh manusia,Apakah jodoh itu merupakan suatu takdir? apakah Jodoh sebenarnya akan datang ketika kita sudah siap menerimanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Atau, sebenarnya jodoh itu sudah datang, tapi manusia tidak menyadarinya atau bahkan tidak mau menerimanya.

Aku bingung ayah membaca kitab ayah tapi yang saya dapat hanya pertanyaan di atas..

  Ambil kitab nya   sini Ayah  jabar kan artinya
Aku pun dengan bergegas nya mengambil kita itu dan menyerah kan kepada ayah


 Sini duduk di samping ayah biar ayah terangkan  jadi begini nak Allah  telah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai suatu pasangan. Karena kodratnya sebagai suatu pasangan, maka satu sama lain pasti akan saling melengkapi.

Laki-laki diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangan serta beberapa kelebihan khusus yang pada hakikatnya dibutuhkan oleh sang perempuan.

Begitu juga sebaliknya, perempuan diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya serta beberapa sifat khusus yang pada hakikatnya nanti akan melengkapi kekurangan laki-laki.

Nah dalam kitab ini Rasulullah saw pun  bersabda:

“Sesungguhnya proses penciptaan setiap orang dari kalian berada di perut ibunya selama 40 hari berupa segumpal air mani. Selanjutnya ia berubah menjadi segumpal darah dalam masa yang sama. Kemudian ia berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama.

Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya disamping diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yakni

1. rizkinya,
2. ajalnya,
3. perilakunya, dan
4. bahagia-celakanya.

Apakah jodoh (dan segala takdir lain) yang sudah ditetapkan oleh Allah itu bisa diubah? Ya dan tidak. Takdir itu tidak bisa diubah oleh manusia, tetapi dapat diubah oleh Allah. Allah SWT berfirman:

“DihapuskanNya mana yang dikehendakiNya, dan ditetapkanNya mana yang dikehendakiNya, sebab di tanganNyalah terpegang Induk Kitab (Lauh Mahfuzh) itu.” (QS ar-Ra’du [13]: 39)


 Kesimpulannya Masalah jodoh, hal itu mutlak namun relatif, dengan doanya bisa saja berubah jodohnya diganti dg yg lebih baik, atau dengan banyaknya amal dosanya maka rizki yg termasuk jodohnya bisa menjadi buruk.

sebagaimana firman Nya : Kami jadikan bagi mereka dua jalan (QS Al Balad 10)

juga firman Nya : Kami memberi mereka jalan (yg mereka pilih) apakah mereka bersyukur atau kufur (QS Al Insan 3)

Jodoh termasuk rizki kita, sudah ditentukan Allah,

namun semua ketentuan itu bukan satu ketentuan, tapi bisa bermilyar milyar ketentuan,

misalnya begini, hamba ini bisa beramal ini dan ini, jika ia beramal ini dan ini maka rizkinya sekian, jodohnya si anu, ajalnya sekian, dan ia di neraka atau di surga..

Sudah paham nak,"" aku pun mengangguk terima kasih ayah semoga aku  menjadi seorang istri yang shalihah,yg baik untuk anak"Q n patuh pada suamiku Aamiin....................

di cium nya kening ku dan selimut pun menghampiri tubuh ku.................
tanpa tersadari aku pun terlelap dengan dingin nya malam itu..................



Selasa, 28 Agustus 2012

Seorang santri pernah bertanya pada gurunya

MENCARI KESEMPURNAAN

Seorang santri pernah bertanya pada gurunya:

Santri : Bgmn caranya agar kita mendapatkan sesuatu yg paling sempurna dlm hidup?
Guru : Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yg paling indah menurutmu & jangan pernah kembali kebelakang.

...Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, si Santri kembali dg tangan hampa . . .

Lalu guru bertanya: Mengapa kamu tdk m
endapatkan bunga 1 pun?
Santri : Sebenarnya tadi aku sudah menemukannya tapi aku tdk memetiknya karena aku pikir mungkin yg di depan pasti ada yg lbh indah, namun ketika aku sudah sampai di ujung, aku baru sadar bahwa yg aku lihat tadi adalah yg terindah, dan aku pun tak bisa kembali kebelakang lagi!

Dgn tersenyum guru berkata:
"Ya, itulah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya, krn sejatinya kesempurnaan yg hakiki tdk pernah ada, yg ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan"
*Pesan moralnya adalah:
Marilah kita sadari bahwa apa yg kita dapatkan hari ini adalah yg terbaik menurut Allah dan jangan pernah ragu, krn kesadaran itu akan menjadikan kita nikmat menjalani hidup ini....:)

PERBINCANGAN AYAH DAN ANAK

PERBINCANGAN AYAH DAN ANAK

Seorang anak bertanya kpd ayahnya : 
"Ayah temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang agar nyamuk itu tdk menggigit anaknya. Apakah Ayah juga akan melakukan hal yang sama?".

Sang Ayah tertawa "Tidak nak, ayah akan memasangkan kelambu agar nyamuk tidak dapat menggigit siapapun". 

"Oh iya, aku juga membaca tentang seorang Ayah yang rela tidak makan sup
aya anak-anaknya bisa makan kenyang. Apakah Ayah akan melakukan hal yang sama?", si anak kembali bertanya.

Dgn tegas Ayahnya menjawab "Ayah akan bekerja keras agar kita semua dapat makan kenyang."

Sang anak tersenyum...dan berkata
"Terimakasih..Aku bisa selalu bersandar padamu Ayah.."

Sambil memeluk dan mengusap rambut sang anak, si Ayah berkata "Tidak Nak..!! Tapi aku akan mengajarmu untuk berdiri kokoh diatas kakimu sendiri, agar kau tidak jatuh tersungkur ketika aku harus pergi meninggalkanmu". Dan kini beliau benar-benar pergi T_T

BATU KECIL MEMBUAT KITA MENENGADAH KEPADA ALLAH

BATU KECIL MEMBUAT KITA MENENGADAH KEPADA ALLAH

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi.Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak dapat mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Unt
uk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan orang tsb. Orang itu berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu kecil itu tepat mengenai kepala orang itu, dan karena merasa sakit, orang itu menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesan pentingnya.

Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat (seperti uang logam), tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan "batu kecil" (cobaan) kepada kita.

Seandainya ...
Orang yang dilempari uang logam itu "menyadari" bahwa uang tersebut "jatuh dari atas", tentunya dia akan menengadah ke atas sehingga pekerja tadi dapat menjatuhkan catatan pesan pentingnya dan "tidak perlu" menjatuhkan "batu kecil" tsb.

Demikian juga dengan kita.
Seandainya setiap rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cukup mampu membuat kita menengadah kepadaNya dengan bersyukur atas rahmat dan rizki yang diberikan-Nya. Tentunya Allah tidak perlu menjatuhkan "batu kecil" (cobaan) kepada kita.

Tubuh kita, kesehatan kita, pengetahuan dan ilmu yang ada di pikiran dan hati kita, harta kita, dan semua yang kita anggap milik kita sesungguhnya adalah milik Allah, titipan Allah kepada kita.

Semua itu adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita. Seyogyanya kita (kami dan Anda) cukup mampu untuk "menengadah kepada-Nya" .... senantiasa bersyukur dan selalu ingat kepada "catatan penting" dari Allah, yaitu berkewajiban mengamalkannya sehingga "rahmat" tadi dapat bermanfaat bagi banyak orang.

pengantin baru

Pasangan muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.

Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sedang menjemur kain.

"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.

"Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru kepada suaminya:

"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita."

Dan begitulah kehidupan.
Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika HATI kita bersih, maka bersih pula PIKIRAN kita.

Jika PIKIRAN kita bersih, maka bersih pula PERKATAAN kita.

Jika PERKATAAN kita bersih (baik), maka bersih (baik) pula PERBUATAN kita.

Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mencerminkan hidup kita.

Jika ingin hidup kita berkembang, maju, dan sukses (bersih/baik) Maka kita hrs menjaga hati, pkiran, perkataan dan Perbuatan kita tetap baik. Karena itulah segalanya.

HATI menentukan PIKIRAN..

PIKIRAN menentukan PERKATAAN & PERBUATAN

perjalanan pulang dari jakarta ke kendal

Pada saat perjalanan pulang dari jakarta ke kendal ,di atas awan saya melihat pemandangan yang subhaanallah sangat luar biasa Indah. Dan kita sungguh merasa sangat kecil dibandingkan alam yang terhampar luas di bawah pesawat dan Allah Sang Pencipta adalah Yang Maha Besar... Allahu Akbar.

Saya pun teringat dengan ayat Al Quran Surat Fush
ilat ayat 53 yang artinya : "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Q.S, Fushilat : 53)

Kemudian saya mencoba mencari apa kira-kira yang bisa menguatkan saya bahwa apa yang saya lihat tadi menjadi bukti kebenaran Al Quran.

Alhamdulillaah dengan petunjuk dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala saya menyaksikan dari atas pesawat ada dua laut yang berbeda warna dan terlihat seperti ada batas (Seperti terlihat difoto ini), dan saya teringat ayat dalam surat Ar Rahmaan yang berbunyi :

"MARAJALBAHRAINI YALTAQIYAAN...BAINAHUMAA BARZAHULLAA YABGHIYAAN ...FABIAYYI AALAAI RABBIKUMAA TUKADZDZIBAAN"

Artinya: "Allah membiarkan dua laut saling bertemu... Diantara keduanya ada batas yang tidak dilampaui satu sama lain. Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman: 19-21)

Juga di dalam ayat lain yang artinya:
"Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada batas dan penghalang yang tidak terlampaui." (QS Al-Furqon: 53)

Berikutnya saya teringat dengan Ayat lain:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.Ali Imran:190-191)

Dengan melihat dua laut yang berbeda warna dan ada batas (dzikir kauniyah) dan mengingat ayat-ayat Allah (dzikir qauliyah) saya mencoba berfikir...

Bahwa dengan ayat Allah yang artinya: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Q.S, Fushilat : 53), akan menjadikan BUKTI bahwa ALQURAN adalah BENAR.

Tetapi bagaimana memahaminya?
Kitab Al Quran sebagian orang yang tidak beriman mengatakan bahwa Al Quran adalah tulisan Nabi Muhammad, bukan wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril.

Dengan melihat dua laut yang ada batas tersebut saya SEMAKIN YAKIN danb menjadi BUKTI bahwa ALQURAN adalah BENAR wahyu dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Karena bagaimana mungkin Nabi yang buta huruf 1500 tahun yang lalu menulis adanya DUA LAUT yang ada BATAS?

Saya SEMAKIN YAKIN bahwa ALQURA adalah diturunkan oleh Tuhan yang TELAH MENCIPTAKAN LAUT TERSEBUT...

Tetapi hati ini bergejolak...
Mata ini menangis...
Kalau BENAR ALQURAN ini...
Apakah saya AKAN SELAMAT dari API NERAKA yang DICERITAKAN ALQURAN...

RABBANAA MAA KHALAQTA HAADZAA BAATHILAA
SUBHAANAKA FA QINAA 'ADZAABANNAAR.

“Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.”


(T_T)

JIKA ALLAH TIDAK RIDHO

JIKA ALLAH TIDAK RIDHO

“Bila diri ini cantik dan indah..rambut seindah sutra.. kulit sewangi mawar.. Tapi tidak dihijab..malah dipamerkan.. berlomba-lomba dengan yang lain menampakkan cantik tubuhnya.. Jika Allah tidak ridha...untuk apa, Mbak..?
Hanya menambah dosa..” 

“Bila hidup berkecukupan.. tanpa kekurangan.. Tapi jika didapatkan dari korupsi.. memfitnah.. menjilat.. Haram asalnya. Atau dar
i asal yang halal tetapi tidak pernah pula dibersihkan.. Jika Allah tidak ridha untuk apa..? Hanya sia-sia saja..”

“Bila badan ini kuat dan sehat..tak rapuh walau diserang badai dan wabah..Tapi tak dimanfaatkan untuk bekal akhirat.. Sibuk dengan kegiatan tak bermanfaat..sajadah pun tak pernah dibuka dari lipatannya.. Jika Allah tidak ridha..untuk apa juga..?
Hanya kenikmatan dunia saja..”

“Bila diri ini tampan..seakan menjadi Yusuf abad global.. Menjadi idola kaum hawa..Teman berjibun dan berjamur.. Tapi ketampanan hanya digunakan untuk merayu wanita yang bukan istrinya.. Jika Allah tidak ridha..untuk apa Mas..? Tak lain selain berzina..”

“Bila dunia serasa surga.. semua ada dan serba mewah.. Apa-apa yang diinginkan tinggal gesek kartunya .. Tapi jika tidak shalat..sehari malah kurang dari 17 rakaat..(Kecuali ikhwan pada hari jumat..akhwat saat tamu datang) Jika Allah tidak ridha..untuk apa..? Hanya menggiring ke lidah neraka..”

“Bila pintar sejenius ilmuan..semua nilai tak ada lain selain A.. Terkenal karena kejeniusannya... Tapi Alquran bahkan berdebu dan usang di atas meja.. Jika Allah tidak ridha untuk apa..? Kecerdasan yang buta..” ..

“Bila benar kita bahagia..senang dengan kenikmatan dunia.. Bahagia dengan cinta orang sekitar kita..Tapi jika cinta Allah tak sedikit pun kita kejar.. Untuk apa..?”

Kita hidup untuk meraih ridha Allah.. cinta-Nya yang lebih besar dari cinta terbaik di dunia ini..

Bila hidup begitu akan terasa sangat indah..sesusah apa pun..sesulit apa pun..
Allah takkan meninggalkan kita.. Tak ada yang lebih indah dari Sang Maha Cinta..

SAUADARA YANG SHOLEH TELAH PERGI

SAUADARA YANG SHOLEH TELAH PERGI

Dia yang tak pernah lepas dari sholat malam, tilawah, dan dzikir Al-Ma'tsurat pagi-petang, pagi ini sangat mendadak dipanggil Allah tanpa tanda, dengan akhir ucapan ketauhidan.

Dia yang menghabiskan hari
-harinya untuk berdakwah, hingga semalam jam 23.00 masih di luar rumah untuk dakwah.

Dia yang hampir tidak pernah menolak jika dimintai bantuan, elalu ringan tangan membantu sesiapa.

Dia yang di akhir-akhir hidupnya selalu berdoa sangat panjang di tiap usai sholat, hingga pernah ditanya kawan,"Mengapa?"

Dia yang setiap pergi kemana pun menyempatkan berhenti sejenak, hatta untuk sholat dhuha, ",.. 






Dia yg sebentar lagi akan meminang seorang muslimah, ternyata telah dijemput bidadari surga.

Lihatlah, maka di saat meninggalnya pun...
wajahnya begitu tenang, damai...seperti orang tertidur...
Selamat jalan Mas Hendrik , kami menyaksikan bahwa kau lelaki sholeh...

Aku Terpaksa Menikahinya

Aku Terpaksa Menikahinya (Kisah inspiratif untuk para istri dan suami)

Semoga kisah di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

APA YANG TERJADI PADA AKUN FACEBOOK KITA SELEPAS KITA MENINGGAL DUNIA ?

APA YANG TERJADI PADA AKUN FACEBOOK KITA SELEPAS KITA MENINGGAL DUNIA ?

Satu peringatan sebenarnya untuk kita semua...
Mari kita renungkan bersama...

Jika pada suatu hari nanti kita mati, akun facebook ini hanya kita yang tahu password-nya kan. Kecuali ada sebagian orang yang mempercayakan password pada sahabatnya. Dan selepas kita meninggal mungkin orang akan menulis rasa duka cita di dindin
g kita. Tapi sadarkah kita?

Foto-foto kita akan terus membuat kita tersiksa di alam kubur. Apalagi bagi wanita foto yg tidak menutup aurat dan para lelaki akan terus melihat. Walau sudah bertahun wafat dosa kita terus meningkat bagaimana? Pernah berpikir tidak? Legging dan jeans ketat bisa kah menyelamat kan kita?

Mungkin kini kita merasa bangga dengan berbagi cerita dengan foto foto yg cantik dan tampan. Tapi sepertinya semua itu tidak akan membawa arti. Semua hanya tinggal kenangan bagi teman yg masih hidup.

Dan mereka akan segera melupakan teman yg selalu memiliki foto profil cantik atau tampan tersebut. Maka bagi yg Muslim utamanya, tutupilah auratmu sebelum dirimu dikafankan. Jagalah harga diri anda, jagalah kesombongan anda. Karena semua yg hidup pasti akan mati. Persiapkan dirimu untuk mati karena itu perlu.

Mari di share/bagikan jika anda peduli...

amal jariyah

Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin, tapi hidup sesuai kebutuhan. Sederhana dalam kehidupan dan kebutuhannya, tapi kaya dalam amal soleh-nya. Mustahik gaya hidupnya, tapi muzaki dalam sedekahnya. Sederhana pakaiannya, tapi kaya imannya. Sederhana kebutuhannya, tapi kaya pemasukan dan amal jariyahnya.

Sungguh indah jika para pejabat dan orang kaya hidup sederhana, tidak ada ketimpangan dan kemiskinan. Harta yang mereka dapatkan disalurkan kepada yang berhak.

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra

Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. SubhanAllah.

Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras
 putri kesayangan Rasulullah SAW. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesolehan-nya tersebut ternyata ditolak Rasulullah SAW. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.

Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya.” Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.” SubhanAllah.

sepasang telinga

Sepasang Telinga

“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang kearah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.

Waktu membuktika
n bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak sambil berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya” kata dokter. Kemudian, orang tua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia.” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.” Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.

“Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?” Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.

Pagi yang indah

Lihat langit mulai terang dan itu menandakan pagi yang datang.......

     Ku sambut pagi dengan senyuman ,,aku terdiam dan aku memikirkan apa yg terjadi pada diriku sekarang,aku sungguh tak tau !!
Sepertinya aku pernah mengalami kehidupan kugerak-gerik ku sepertinya aku mengenali semua itu,tapi kapan ??Aku sungguh tak tau.............

     Sudah 2 hari ini aku memikir kan hal yg menyangkut masa depan ku,ku coba tenang kan diri,ku meminta putunjuk kepada Ya Robb.


   Mungkin ini sudah jalan yang di takdir kan oleh Allah,kenapa aku sampai sekarang ini semua karunia Illahi,aku ingin di sisa hidup ku ini berguna untuk semua umat agar aku tidak sia-sia berada dalam dunia ini.

Ya Allah masih pantas kah hamba untuk meminta sesuatu kepadaMu
Sedangkan Engkau memberikan semua dan  bahkan apa yang tidak aku minta
Berkahilah umur ku ya Allah
Jadikan lah aku umat Mu yg berguna untuk semua nya
Jadikan lah hati ini lembut dan lembut lagi ya Allah
Agar aku bisa melihat dan membantu penderitaan orang lain

     




 

Sabtu, 11 Agustus 2012

KISAH NYATA NENEK TUA RENTA


... KISAH PERJUANGAN HIDUP ORANG - ORANG KECIL ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Lapangan sepak bola  pukul empat sore. Matahari masih bersinar dengan teriknya. Lapangan luas dan rimbun yang berlokasi di kendal kaliwungu itu mulai ramai di datangi orang-orang.

Mayoritas ingin berolahraga, dari jogging, bermain sepak bola, yoga, bersepeda sampai yang hanya sekedar jalan-jalan sore. Ada juga sekelompok orang yang bernyanyi mempromosikan aliran suatu kepercayaan tertentu.

Mereka bernyanyi dan menari dengan iringan tambur yang riang gembira. Tak jauh dari situ sekelompok anak muda sedang berlatih memperagakan keahllian melempar dan memutar botol sebagai bartender.

Dimana ada keramaian disitu ada peluang. Termasuk peluang mengais rejeki. Tak sedkit pedagang asongan yang memenuhi lapangan itu .

Walau sebenarnya dilarang, para pedagang asongan itu bisa ditemui dimana-mana di setiap sudut lapangan. Untuk menyiasati kejaran petugas, mereka berdagang dengan cara praktis yaitu dengan membawa dagangan seadanya yang sanggup dibawa di kepala atau di gendongan. Jadi begitu petugas datang merazia, mereka gampang melarikan diri.

Namun ada juga yang membawa perabotan agak berat seperti pedagang jagung bakar. Tak terbayang betapa repotnya mereka kabur dengan gerobak pikulan yang berisi bara menyala.

Aku pernah membantu seorang ibu pedagang jagung bakar lari menyelamatkan barang dagangannya, dengan membawakan sekantong arang dan beberapa biji jagung yang terjatuh.

Setelah berhasil bersembunyi di sebuah gang di seberang jalan, aku sempat berbincang-bincang dengan ibu itu. Menurutnya keuntungan yang didapat cukup untuk makan sehari-hari. Ketika kutanya berapa rata-rata, ia menjawab sekitar lima belas sampai dua puluh ribu. Uang sebesar itu musti dicukupkan untuk makan sebanyak 4 nyawa.

Dan hebatnya lagi, itu adalah sumber penghasilan utama! Ibu itu bercerita suaminya sudah meninggal dunia dan kedua anaknya masih terlalu kecil untuk bekerja. Ibu kandungnya yang sudah renta sakit-sakitan. Untuk menambah penghasilan, siang hari ia beredar di pasar kaliwungu  menjadi kuli angkut belanjaan.

Dengan berbekal keranjang bambu di kepala ia mencari orang-orang yang mau dibawakan belanjaannya dengan upah suka rela.

Karena setiap hari rutin MELEWATI  di lapangan itu , , aku cukup mengenali wajah-wajah pedagang asongan itu.

Selain sering membeli aneka jajanan mereka usai berlatih yoga, seperti air mineral, pisang dan kacang rebus atau lumpia dengan sambal kacangnya yang hmmm lekker, aku juga menaruh perhatian khusus terhadap satu dua yang pedagang yang seharusnya sudah tidak layak menenteng-nenteng wadah berat dagangan.

Salah satunya ibu tua . Ia berjualan air mineral dan minuman isotonik. Tubuhnya kurus dan legam. Usianya kutaksir mendekati enam puluhan.

Ia sering kutemui kala aku baru tiba di lapangan sekitar jam setengah lima sore. Itupun kelihatannya ia sudah bersiap-siap pulang. Aku sering melempar senyum padanya. Kemudian jadi rutin membeli minuman botolnya.

Begitulah, setiap melihat kemunculanku ia bergegas menyonsong dan menunjuk dus dagangan di kepalanya. Kadang aku menggeleng jika tak membawa uang. Namun akhir-akhir ini aku tak melihat sosoknya. Ah ibu tua yang ulet, semoga ibu baik-baik saja… sayang kita tak bisa mengobrol.

Suatu sore, aku hendak menyeberang jalan raya usai puang dari butik toko saya bekerja . Jalan protokol yang lebar itu selalu dilalui kendaraan yang berlari kencang. Seharusnya aku menyeberang di zebra cross di perempatan lampu merah sekitar 200 meter dari tempatku berada.

Tapi aku pikir sama saja karena untuk kesana aku juga harus menyeberang mengambil jalur kiri . Setelah menunggu agak lama, tiba-tiba muncul seorang bapak pedagang mainan anak-anak.

Ia tersenyum dan mengambil posisi di depanku, melindungi. “Mari mbak..’ ujarnya sembari memberi tanda minta jalan kepada pengemudi-pengemudi yang melaju dari arah depan. Aku mengucapakan banyak terimakasih ketika tiba di seberang dan menanyakan bagaimana hasil dagangnya hari ini. Ia menjawab “alhamdulillah laku satu kincir…” dengan nada penuh syukur.

seorang nenek muncul di depan pintu butik ku . Ia menawarkan dagangannya berupa bawang merah. Sayangnya bawang merah tersebut sudah setengah busuk dan kecil-kecil. Sudah pasti tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Untuk menolak membeli rasanya tak tega karena si penjualnya seorang nenek sepuh yang siapapun akan iba melihatnya. Apalagi ia menjual dengan harga terserah. Aku yakin tak seorangpun bisa menolak membeli. Entah bawang merah itu akhirnya dibuang ke tong sampah.

Itu hanya segelintir kisah orang-orang kecil dengan segala keterbatasannya, namun tetap berjuang dengan segenap upaya untuk mengais rejeki secara halal. Tak peduli hasilnya tidak seberapa, namun tetap disyukuri. Memilih memeras keringat daripada meminta-minta atau berbuat kriminal.

Aku yakin si nenek penjual bawang merah mendapatkan bawang-bawang itu dari hasil memungut sisa-sisa di pasar, yang dikumpulkan untuk dijual dengan harga terserah.

Paling tidak, tubuh rentanya sudah bekerja memungut bawang-bawang itu dan berkeliling menjajakannya. Tetap ada upaya tetes keringat untuk mendapatkan rupiah ala kadarnya.

Betapa banyak teladan yang bisa kita tiru dari mereka .. Subhanalllah ..

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ....

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...


Salam santun dan keep istiqomah ...



Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya

... KISAH PERJUANGAN HIDUP ORANG - ORANG KECIL ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Lapangan sepak bola  pukul empat sore. Matahari masih bersinar dengan teriknya. Lapangan luas dan rimbun yang berlokasi di jantung kota Denpasar itu mulai ramai di datangi orang-orang.

Mayoritas ingin berolahraga, dari jogging, bermain sepak bola, yoga, bersepeda sampai yang hanya sekedar jalan-jalan sore. Ada juga sekelompok orang yang bernyanyi mempromosikan aliran suatu kepercayaan tertentu.

Mereka bernyanyi dan menari dengan iringan tambur yang riang gembira. Tak jauh dari situ sekelompok anak muda sedang berlatih memperagakan keahllian melempar dan memutar botol sebagai bartender.

Dimana ada keramaian disitu ada peluang. Termasuk peluang mengais rejeki. Tak sedkit pedagang asongan yang memenuhi lapangan hijau kebanggaan warga Denpasar itu.

Walau sebenarnya dilarang, para pedagang asongan itu bisa ditemui dimana-mana di setiap sudut lapangan. Untuk menyiasati kejaran petugas, mereka berdagang dengan cara praktis yaitu dengan membawa dagangan seadanya yang sanggup dibawa di kepala atau di gendongan. Jadi begitu petugas datang merazia, mereka gampang melarikan diri.

Namun ada juga yang membawa perabotan agak berat seperti pedagang jagung bakar. Tak terbayang betapa repotnya mereka kabur dengan gerobak pikulan yang berisi bara menyala.

Aku pernah membantu seorang ibu pedagang jagung bakar lari menyelamatkan barang dagangannya, dengan membawakan sekantong arang dan beberapa biji jagung yang terjatuh.

Setelah berhasil bersembunyi di sebuah gang di seberang jalan, aku sempat berbincang-bincang dengan ibu itu. Menurutnya keuntungan yang didapat cukup untuk makan sehari-hari. Ketika kutanya berapa rata-rata, ia menjawab sekitar lima belas sampai dua puluh ribu. Uang sebesar itu musti dicukupkan untuk makan sebanyak 4 nyawa.

Dan hebatnya lagi, itu adalah sumber penghasilan utama! Ibu itu bercerita suaminya sudah meninggal dunia dan kedua anaknya masih terlalu kecil untuk bekerja. Ibu kandungnya yang sudah renta sakit-sakitan. Untuk menambah penghasilan, siang hari ia beredar di pasar tradisional Badung menjadi kuli angkut belanjaan.

Dengan berbekal keranjang bambu di kepala ia mencari orang-orang yang mau dibawakan belanjaannya dengan upah suka rela.

Karena setiap hari rutin berlatih yoga di lapangan permai yang juga dikenal dengan nama lapangan Puputan, aku cukup mengenali wajah-wajah pedagang asongan itu.

Selain sering membeli aneka jajanan mereka usai berlatih yoga, seperti air mineral, pisang dan kacang rebus atau lumpia dengan sambal kacangnya yang hmmm lekker, aku juga menaruh perhatian khusus terhadap satu dua yang pedagang yang seharusnya sudah tidak layak menenteng-nenteng wadah berat dagangan.

Salah satunya ibu tua yang tuna wicara. Ia berjualan air mineral dan minuman isotonik. Tubuhnya kurus dan legam. Usianya kutaksir mendekati enam puluhan.

Ia sering kutemui kala aku baru tiba di lapangan sekitar jam setengah lima sore. Itupun kelihatannya ia sudah bersiap-siap pulang. Aku sering melempar senyum padanya. Kemudian jadi rutin membeli minuman botolnya.

Begitulah, setiap melihat kemunculanku ia bergegas menyonsong dan menunjuk dus dagangan di kepalanya. Kadang aku menggeleng jika tak membawa uang. Namun akhir-akhir ini aku tak melihat sosoknya. Ah ibu tua yang ulet, semoga ibu baik-baik saja… sayang kita tak bisa mengobrol.

Suatu sore, aku hendak menyeberang jalan raya Puputan usai berlatih. Jalan protokol yang lebar itu selalu dilalui kendaraan yang berlari kencang. Seharusnya aku menyeberang di zebra cross di perempatan lampu merah sekitar 200 meter dari tempatku berada.

Tapi aku pikir sama saja karena untuk kesana aku juga harus menyeberang mengambil jalur kiri khusus sepeda. Setelah menunggu agak lama, tiba-tiba muncul seorang bapak pedagang mainan anak-anak.

Ia tersenyum dan mengambil posisi di depanku, melindungi. “Mari mbak..’ ujarnya sembari memberi tanda minta jalan kepada pengemudi-pengemudi yang melaju dari arah depan. Aku mengucapakan banyak terimakasih ketika tiba di seberang dan menanyakan bagaimana hasil dagangnya hari ini. Ia menjawab “alhamdulillah laku satu kincir…” dengan nada penuh syukur.

Ketika belum lama tiba di Bali, seorang nenek muncul di depan pintu paviliunku. Ia menawarkan dagangannya berupa bawang merah. Sayangnya bawang merah tersebut sudah setengah busuk dan kecil-kecil. Sudah pasti tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Untuk menolak membeli rasanya tak tega karena si penjualnya seorang nenek sepuh yang siapapun akan iba melihatnya. Apalagi ia menjual dengan harga terserah. Aku yakin tak seorangpun bisa menolak membeli. Entah bawang merah itu akhirnya dibuang ke tong sampah.

Itu hanya segelintir kisah orang-orang kecil dengan segala keterbatasannya, namun tetap berjuang dengan segenap upaya untuk mengais rejeki secara halal. Tak peduli hasilnya tidak seberapa, namun tetap disyukuri. Memilih memeras keringat daripada meminta-minta atau berbuat kriminal.

Aku yakin si nenek penjual bawang merah mendapatkan bawang-bawang itu dari hasil memungut sisa-sisa di pasar, yang dikumpulkan untuk dijual dengan harga terserah.

Paling tidak, tubuh rentanya sudah bekerja memungut bawang-bawang itu dan berkeliling menjajakannya. Tetap ada upaya tetes keringat untuk mendapatkan rupiah ala kadarnya.

Betapa banyak teladan yang bisa kita tiru dari mereka .. Subhanalllah ..

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ....

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya

HARTA KITA YANG SEBENAR NYA

Harta Kita yang Sebenarnya 

Bismillaah ...

Kita sering salah menyikapi harta kita yang sebenarnya milik kita. Banyak orang menumpuk hartanya di bank, investasi saham, membeli tanah, rumah, mobil d
an lain sebagainya. Apakah benar itu milik kita yang sebenarnya?

Untuk menjawabnya marilah kita belajar dengan kisah Ibu Mawar yang sangat sederhana ini…

Ibu Mawar adalah wanita yang pekerjaannya mengumpullkan sampah plastik dari kemasan. Cuma untuk memperolehnya, dia harus memungutnya di sungai. Wanita paruh baya, kurus, dan bertudung , berumur 54 tahun. Inilah obrolan saya dengan Ibu Mawar.

“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam. Ada apa ya dek ?” tanya Ibu Mawar.
“Saya dari keluarga biasa sama seperti ibu mawar , mendengar cerita dari seseorang tentang  Ibu. saya  mau ngobrol sebentar, boleh Bu…?” “Oh.. boleh, silahkan masuk.”

Ibu Mawar masuk lewat pintu belakang. Saya menunggu di depan. Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya nyala, dan pintu depan pun dibuka.
“Silahkan masuk…”
Saya masuk ke dalam ‘ruang tamu’ yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot. Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir. Rupanya Ibu Mawar hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja. Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan. Berhemat katanya.

“Sebentar ya dek , saya ambil air minum dulu” kata Ibu Mawar. Yang dimaksud Ibu Mawar dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar dan diatasnya ada sebuah panci yang diisi air. Ibu Mawar harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya.

“Iya Bu.. ngga usah repot-repot.” kata saya nggak enak.

Kami pun mulai ngobrol, . Ibu Mawar ini usianya 54 tahun, pekerjaan utamanya mengumpulkan plastik dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo. Ketika saya tanya aktivitasnya selain mencari plastik…
“Mengaji…” katanya.
“Hari apa aja Bu…?” tanya saya.
“Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu…” jawabnya.
Hari Jum’at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibunya yang dirawat di rumahnya.

Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak. Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibu-ibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela dan otomatis akan mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Mawar. Hmm, sambil menyelam minum air rupanya. Sambil mengaji dapat plastik.

Saya tanya lagi, “Paling jauh pengajiannya dimana Bu?”
“Di dekat terminal semarang , ada masjid taklim tiap Sabtu. Saya selalu hadir. Ustadznya bagus sih…” kata Ibu Mawar.
“Ke sana naik mobil dong..?” tanya saya.
“Saya jalan kaki” kata Ibu Mawar.
“Kok jalan kaki…?” tanya saya penasaran.
Penghasilan Ibu Mawar sekitar Rp 7.000 sehari. Saya mau tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya. Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari.

“Iya.. dek , saya jalan kaki dari sini. Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil. Kalau saya jalan
kaki, kan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos, nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz…”, ibu Mawar menjelaskan.

“Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?” saya melongo. Kan Ibu nggak punya uang, gumam saya dalam hati.

“Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz… buat sedekah.” kata Ibu Mawar, datar.
“Kenapa Bu, kok dikasihin?” saya masih bengong.
“Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu udah pasti milik saya di akhirat, dicatet sama Allah…. Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain, mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah….” Ibu Mawar menjelaskan, kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat.

Dzig!
Saya kaget
Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya. Saya merinding!

Jadi, Ibu Mawar menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari untuk disedekahkan kepada sebuah majelis karena berpikiran bahwa itulah yang akan menjadi haknya di akhirat kelak?

perbincangan ini ’ sudah larut malam  dan saya rasa sudah cukup . Saya pamit dan menyampaikan  saya akan menemui Ibu Mawar kembali, mungkin minggu depan.

Saya sudah menemukan kekuatan di balik kesederhanaan. Keteguhan yang menghasilkan kesabaran. Ibu Mawar terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan tak terduga.

Minggu depannya, saya datang kembali ke Ibu Mawar, kali ini bersama anak-anak yatim piatu dan saudara saya

Ibu Mawar mendapatkan ganti dari Rp 2000,00 yang disedekahkannya dengan (amplop putih dari kami sekeluarga ).Entah berapa yang Allah akan ganti di akhirat kelak.

dan tak lupa kami bawakan kepada Ibu Mawar beras, , makanan, dan baju bbaru untuk lebaran . air matanya menetes dan berlutut menghadap ke atas ya Allah terima kasih atas Rizki yg tak terduga ....

Saudara-saudariku, hidup ini fana…sementara…

Kita diberi waktu di dunia ini untuk menyiapkan KEHHIDUPAN YANG SEBENARNYA di akhirat. Barangsiapa yang mengumpulkan hartanya hanya untuk KEDUNIAAN maka itu semua PASTI akan DITINGGALKAN. Tetapi barangsiapa mengumpulkan hartanya untuk NEGERI AKHIRAT, maka kita PASTI akan MENDATANGINYA. Sudahkah kita menyiapkan HARTA KITA YANG SEBENARNYA di akhirat?

“Dan carilah dari apa saja yang telah Allah berikan kepadamu untuk mencapai kebahagiaan di negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. 28:77)

Bahkan apa yang kita infakkan akan dilipatgandakan oleh Allah…

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 2:261)

Bayangkan, dibalas dengan 700 kali lipat !!!

Rumus matematika mengatakan 100 – 10 = 90, tetapi rumus sedekah yang dibuat oleh Allah ta’ala adalah: 100-90 = 7090 dengan perhitungan:

100 kita dapat rizki dari Allah, 10 disedekahkan/diinfakkan maka 10 dilipatgandakan 700 x menjadi = 7000 sehingga 100-10 = 90 + (10×700)= 7090!

Ada yang bertanya, jadi kalau saya sedekahkan Rp 10.000, maka saya akan mendapatkan kembali Rp 7000.000,00? Semudah itu? Ya! Silakan buktikan wahai saudara-saudariku.

Yang perlu diingat adalah : IKHLAS.. IKHLAS.. dan IKHLAS..
Cuma kadang kita mengetahui RIZKI hanya diukur dengan uang…?
Tidak wahai saudara-saudariku….

Kadang matematika Tuhan ini tidak kasat mata. Tidak melulu uang diganti dengan uang. Tetapi Allah Yang Maha Suci dengan Kesempurnaan-Nya juga Maha Mengetahui mana yang terbaik dan apa yang sedang dibutuhkan oleh hamba-Nya saat itu. Bisa jadi diganti dengan keselamatan di jalan, bertahun-tahun nggak pernah sakit, mudah cari kerja, kemudahan berusaha, kebahagiaan keluarga, anak yang berbakti, ditemukan jodohnya dan lain sebagainya.

Semoga kita senantiasa IKHLAS.. IKHLAS.. dan IKHLAS



Semoga Bermanfaat ...

kenangan terindah di pesatren itu

Cerpen ini sudah lama aku simpan dalam lapy ku.....
tak sengaja aku membuka nya dan ku baca kenangan 7 bulan yg lalu

CERPEN CINTA Mas Fahri & Ukhty Ila & Aini DI PESANTREN ITU 

Suasana ini begitu nyaman, asri, sejuk, indah dan damai bagiku. Suasana yang tak pernah kujumpai dimana pun itu. Pesantren. Ya, itu suasana pesantren. Suasana yang sudah lama aku inginkan.Sungguh aku tak percaya aku bisa berada disini sebagai santri. Bukan karena paksaan dari orang tua seperti kebanyakan yang terjadi. Melainkan murni karena keinginanku sendiri. Walau sempat ditentang orang tua karena beberapa alasan, hatiku tetap kekeh untuk nyantri yang insyaAlah semata-mata mengharap ridho Ilahi. Alhamdulillah.. trimakasih atas nikmat yang indah ini YaAllah.. 

“Aini?” Tanya seorang gadis cantik, berjilbab rapi yang sepertinya santri disini. 

“Iya ukhti” Jawabku dengan menganggukkan kepala.

 “Saya Lailtul Istiqomah, saya diutus Umi Sarah untuk mengantarmu bertemu beliau” 

“Umi Sarah?” Tanyaku. 

“Iya, beliau istri dari kyai dipesantren ini” 

“MasyaAllah.. maaf ukhti, saya belum tau” 
Akupun mengikuti ukhti Lailatul Istiqomah. 

“Assalamu’alaikum umi ” 
“Wa’alaikumsalam. Duduk nduk ” Jawab wanita yang aku rasa ini Umi Sarah. 

“Umi, ini Aini” Ucap ukhti Lailatul Istiqomah sambil menunjuk ke arahku. 

Akupun tersenyum dan segera mencium tanggan beliau yang memang benar Umi Sarah, istri dari kyai di pesantren ini.

 “Oh Aini,selamat datang di pesatren kami ya nduk ”

 “Trimaksih Umi” Jawabku dengan tersenyum malu. 

“Neng Ila, neng Aini ini biar dikamarmu saja ya nduk, jadi umi minta tolong bantu neng Aini untuk mengenal pesantren ini.
 Dan neng Aini, ini neng Ila. Neng Ila ini sudah cukup lama nyantri disini, jika ada sesuatu tanyakan saja.” Tutur Umi Sarah kepadaku dan Ukhti Ila. 

“Baik Umi, InsyaAllah” Jawab ukti Ila , sambil tersenyum kepadaku. Akupun ikut membalas senyum Ukhti Ila dan Umi Sarah.

 “Aini, ini kamar kita. Dikamar ini hanya kita berdua. Kamu tau kan, ini bukan pesantren besar. Dipesantren ini hanya ada 35 kamar dan setiap kamar hanya diisi dengan 5 santri saja.” “Lalu kenapa hanya Ukhti yang tinggal sendiri?” Tanyaku.

 “Sebenarnya kamar ini khusus untuk santri senior. Dulu dikamar ini malah lebih dari 5 santri. Tapi seiringnya waktu, mereka meninggalkan pesantren ini, karena mereka harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Mereka telah menikah Aini.” Terang ukhti Ila kepadaku. 

“Kalau ukhti, kapan nikahnya?” Candaku , sambil meletakkan pakaian ke lemari. “Ukhti masih sekolah Aini . Ukhti juga masih ingin melanjutkan sekolah kelak. Ya, do’akan saja lah.” Jawab Ukhti Ila dengan senyum manisnya.

 Ukhti Ila memang gadis yang baik. Dia mudah sekali untuk akrab denganku. Aku bersyukur, hari pertamaku dipesantren, aku sudah mendapatkan sahabat sekaligus sosok kakak bagiku yang sungguh baik. Hari-hariku dipesantren terasa indah. Saat ini aku duduk di kelas 3 aliyah. Atau yang biasa dikenal dengan istilah SMA. Alkhamdulillah dgn ilmu yg ku dapat waktu di pesatren dulu ,aku bisa langsung menduduki kelas 3,Karena aku tergolong baru dengan ilmu-ilmu pesantren di sini , aku cukup kesulitan dalam mempelajari kitab-kitab yang notabennya menggunakan bahasa arab. 

Alhamdulillah ukhti ila selalu membantu ketika aku kesulitan dalam mempelajari sesuatu, termasuk kitab-kitab itu. Ukhti Ila saat ini duduk di kelas 3 aliyah satu kelas dgn ku . Dia cukup pintar di pesantren ini. Banyak prestasi-prestasi yang ia peroleh. Selain itu ukhti Ila juga baik sekali denganku. Ia yang selalu memberi semangat untukku ketika aku merasa lelah dengan kegiatan-kegiatan pesantren, ia juga yang selalu menghiburku ketika aku rindu dengan orang-orang yang aku cinta dan sayang . Sungguh ku beruntung telah mengenalnya. 

Hari ini hari minggu. Seperti umumnya, sekolah libur. Kegiatan pesantrenpun baru dimulai sore hari. Waktu lenggang ini digunakan para santri untuk beberapa hal. Diantaranya, ada yang memanfaatkan waktu lenggang ini dengan belajar, ada yang mengaji, ada yang mencuci dan bahkan ada yang memanfaatkan waktunya untuk tidur.

 “Pakaian sudah ku cuci,
 belajar sudah, 
mengajipun sudah.

 Lalu aku harus apa ya?” Gumamku sambil mencari kesibukan.Aku memang orang yang tidak bisa untuk tidak melakukan sesuatu. Karenanya aku selalu ingin mencari sesuatu untuk menyibukanku.

 Terlihat ukhti Ila berjalan di depan pintu. Aku berteriak memanggilnya. “Ukhti…. ” Ukhti ila yang mendengar panggilanku langsung berbalik arah ke tempatku memanggil.

 “Ada apa Aini?” “Ukhti mau kemana?” “Mau membantu Umi Sarah menyiapkan tasyakuran untuk putra bungsungnya yang baru datang dari Al-Azhar Cairo” 

“saya  boleh ikut ndak ukhti?” Tanyaku dengan penuh harap. “Aini, kamu santri baru, ndak enak kalau sudah menyuruhmu ” “Sudahlah ukhti. Lets go.”

 Langsung kutarik tangan ukhti ila untuk bergegas menuju rumah Umi Sarah yang letaknya tidak jauh dari kamar kami. 

“Assalamu’alaikum Umi” 

“Wa’alaikumsalam. Lho ada neng Aini, ada perlu apa Neng?” Tanya umi Sarah kepadaku

 “Maaf Umi, Aini yang memaksa” Jawab ukhti Ila dengan perasaan bersalahnya. “Aini  ingin ikut membantu umi disini, Aini juga sedang tidak ada kesibukan umi, Aini itu anaknya ndak bisa diam umi ” 

“Tapi Aini……..”

 “saya  tidak apa Umi, boleh ya..” Rayuku kepada Umi Sarah. 

“Baiklah. Ayo masuk ” Umi Sarahpun menyetujui. 

Aku dan ukhti ila masuk ke dalam rumah umi sarah. Dikediaman umi sarah sudah banyak santri yang membantu. Aku mendapat tugas membuat minuman untuk semua yang membantu umi disini. 

“Neng Aini, tolong buatkan minuman untuk semua yang disini ya nduk. Dapur umi disana ” Ucap Umi Sarah sambil menunjuk arah dapurnya.

 “Baik umi” Jawabku dengan semangat. Sesampainya di dapur, aku langsung memasak air dan menyiapkan beberapa gelas. “Dimana ya?” Lirihku sambil membuka pintu-pintu lemari yang ada. 

“Cari apa ukhti?

” Suara itu terdengar dari arah belakangku. Akupun bergegas berbalik untuk melihat siapa yang menanyaiku.

 “Subhanallah… 

tampan sekali, siapa pemuda ini?” Gumamku dalam hati. 

“Cari apa ukhti?

” Tanya pemuda itu kembali.

 “Astagfirullah… maaf, saya mencari gula dan teh” Jawabku dengan gugup “Oh.. itu dilemari sana” Sambil menunjuk lemari yang dimaksud.

 “Baik, terimakasih” 

“Afwan” Pemuda itu berbalik keluar meninggalkan dapur. 

“Subhanallah… sungguh indah ciptaanMU yaRobb ”

 #BRAKK…… suara jendela yang tertutup keras karna dorongan angin, mengangetkanku. 

“Astagfirullah… Ampuni hamba Ya Allah…” Segera kuselesaikan tugasku.

 “Umi ini minumannya ” 

“Terimakasih ya nduk. Ayo anak-anak diminum dulu” Kata umi sambil menyuruh santri yang membantu untuk beristirahat sejenak dengan meminum teh yang kubuatkan

.Selesai membantu umi Sarah, kami para santri kembali ke kamar masing-masing untuk melakukan rutinitas seperti biasa. Rutinitas pesantren telah dimulai. Namun ada yang berbeda pada rutinitas malam ini. Ba’da isya’ yang biasa diisi dengan pengajian kitab kuning kini menjadi pengajian akbar dan acara tasyakuran untuk putra bungsu Kyai Ahmad. Diawal sebelum acara dimulai, Kyai Ahmad memperkenalkan putranya dihadapan para santri. Aku yang pada saat itu berada di shaf putri paling depan melihat sosok yang diperkenalkan Kyai Ahmad dan teringat sesuatu.

 “Pemuda itu kan yang tadi di dapur? ” Lirihku. “Ukhti, pemuda itu putra Kyai Ahmad yang dari Cairo? 

” Tanyaku kepada ukhti Ila yang berada di sampingku. “Iya Aini. Kenapa? Tampan ya?” “Iiya Ukhti. Tampan sekali. Wajah teduhnya seperti memancarkan keimanan. Sungguh beruntung Kyai Ahmad dan Umi Sarah ya ukhti.” Sahutku sambil memandangi pemuda yang saat ini masih di depan mimbar dengan Kyai Ahmad.

 “Yang lebih beruntung nanti adalah istrinya Aini. Benar katamu, dia pemuda yang berakhlak baik, dan kamu tau Aini, dia juga Hafidz Qur’an.” 

“Subhanallah... ?

” “Iya Aini. Namanya Fahri. Dia lulusan terbaik Al-Azhar. Banyak sudah yang menawarkan pekerjaan untuknya. Dan gaji yang ditawarkan tak tanggung-tanggung hingga puluhan juta per bulan. Tapi Fahri seorang yang berbeda. Dia lebih memilih meneruskan perjuangan abahnya untuk pesantren ini” Jelas ukhti Ila panjang.


 Semenjak itu, ukhti Ila selalu membicarakan mengenai mas Fahri kepadaku. Karena memang Ukhti Ila mengenal mas Fahri sejak berusia 8 tahun. Ya, ukhti ila memang sudah lama nyantri disini. Itu sebabnya Ukhti Ila akrab sekali dengan keluarga Kyai Ahmad. Ukhti Ila tau betul sifat-sifat yang dimiliki Mas Fahri. Dan akupun mengetahui banyak hal mengenai mas Fahri dari ukhti Ila. Hampir setiap hari Ukhti Ila membicarakan mas Fahri kepada ku . 

Semua yang diceritakan ukhti ila menambah kekagumanku terhadap mas Fahri dalam hati ku berguman Sepertinya Ukhti Ila cinta sama mas fahri . 

Tak terasa ujian kelulusan sudah dekat. Semua santri disibukkan dengan belajar, belajar dan belajar. Tak terkecuali aku dan ukhti ila. Disela-sela kami belajar, 

ukhti Ila menanyakan sesuatu kepada ku. “Ainii, setelah lulus mau kemana? ”

 “Entahlah Ukhti Ila, mungkin saya akan pulang ke rumah ukhti Ila menghentikan membaca buku, setelah mendengar jawaban dari ku. 

“Berarti Aini akan meninggalkan pesantren ini? Aini akan meninggalkan Ukhti ? Aini akan meninggalkan semuanya?” Tak terasa butiran-butiran air mata mengalir di pipi ukhti Ila . Ukhti Ila beranjak dari meja belajarnya menuju tempatku, kemudian langsung memelukku erat. Ukhti Ila terlihat menangis saat memelukku. Isak tangis kami pun menyerua diruangan ini.

 “Kalau Aini meninggalkan pesantren ini, Ukhti Ila dengan siapa Aini? Aini yang selalu ada buat Ukhti , Aini yang selalu semangatin Ukhti, Aini yang mengerti Ukhti, Ukhti dengan siapa AIni? Dengan siapa?

”“Istigfar Ukhti, 


“Astagfirullah, maafkan ukhti Ila , Aini .

 Ukhti Ila hanya tidak ingin kehilangan sosok Adik yang seperti Ainii” 

“ Ukhti tidak akan pernah kehilangan ku, jika nama ku selalu ukhti Ila sebut dalam setiap do’a Ukhti. Begitupun sebaliknya,

 Ukhti ndak akan pernah hilang dari hati ku, karna insyaAllah dalam setiap do’a ku selalu ada nama Ukhti Ila. Kita serahkan semua pada Allah. Karena DIA’lah yang sebenarnya maha memiliki. Meliliki Ukhti dan memiliki ku . Jadi, sudah ya nangisnya…” Ucap ku untuk menenangkan hati Ukhti Ila

  Illahi…Sungguh besar NikmatMu Rasanya tak pantas ku menerimanya Jika ku ingat dosa-dosaku kepadaMU Namun ku tahu KAU Maha PengasihKu tahu KAU Maha Pemurah Maka,Tetapkan Iman di JiwakuTetapkan Taqwa di ragakuJangan biarkan kekufuran menguasaiku Dan biarkan aku menjadi hamba yang selalu bersyukur kepadaMU Bersyukur atas semua yang KAU beri untukku

 Ujianpun telah selesai. Kami para santri sedikit lega dengan berakhirnya ujian ini. Usaha telah kami maksimalkan, dan hanya tawwakal yang dapat kami lakukan saat ini. Memasrahkan semua hasil usaha kepada Allah . Karena hanya DIA lah yang yang maha segalanya. Detik-detik kelulusan mulai terasa. Sebentar lagi hasil ujian kami akan diberikan dalam bentuk raport. Setelah raport diberikan, aku bergegas menuju kamar untuk membereskan barang ku 

“Assalamu’alaikum ukhti Ila.. Alhamdulillah aku lulus , hasilnyapun lumayan bagus lho. Trimaksih ya ukhti Ila , ukhti telah banyak membantu ku ”.

 “Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah kalau begitu. Barakallah untuk nilai dan kenaikanmu Aini” Jawab ukhti Ila. Sedangkan ukhti Ila tidak perlu diragukan lagi. Ukhti Ila lulus dengan nilai terbaik. “Selamat ya ukhti” Ucapku dan langsung memeluk ukhti Ila.Namun, lagi-lagi air mata ini menetes. Aku merasakan ketakutan yang amat. Entah karena apa. Apakah aku takut berpisah dgn ukhti Ila? Ya, aku memang takut berpisah orang yang saat ini kupeluk.

 Ukhti ila yang menyadari aku menangis langsung melepaskan pelukanku.

 “Aini kenapa nangis? ” Tanya ukhti ila sambil mengusap air mata dipipiku. Tanpa berkata sedikpun, ukhti ila memelukku kembali.Setelah keadaan ku sedikit tenang, ukhti Ila melepas pelukannya. Aku tau ukhti Ila juga sedih. Mungkin ukhti Ila tidak ingin menunjukkannya kepadaku, ukhti Ila tidak ingin menambah kesedihannku. Aku faham itu, karna setahun dipesantren ini cukup buatku mengenal Ukhti Ila. Sungguh ku tak ingin melewati malam ini. 

Malam yang tak pernah kuharapkan sama sekali. Jika aku bisa berharap, aku akan berharap agar tidak adanya malam ini. Karena mungkin malam ini adalah malam terakhirku dengan ukhti ila. Dan aku tak mau itu.

 Sungguh aku tak mau ya Allah.

 “Kenapa sepi ya? Aini ndak ingin cerita lagi sama Ukhti?

” Tanya ukhti ila memecah keheninggan kamar aku pun pura-pura tidur menahan kesedihan perpisahan ini selamat tidur adikku. Jangan lupa berdo’a dulu” Kalimat yang hampir setiap malam ukhti ila tuturkan kepadaku. 

Malam ini sulit untukku memejamkan mata. Saat kulihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 02.30. 

#KREKK…. Suara pintu terbuka.Segera ku tutup mataku kembali, dan berpura-pura tidur. Aku tau itu Ukhti Ila, karena Ukhti ila memang rajin sekali untuk sholat malam.

 YaAllah YaRobb
 Malam ini aku bersimpuh kepadaMU Tiada daya dan upaya selain atas izinMU
 Izinkan aku berlutut menghadapMu Izinkan aku bermunajah kepadaMu
 Serta izinkan aku menangis karnaMU 
Wahai dzat yang mampu membolak-balikan hati
 Sungguh hati ini sakit ketika melihat sahabat ku sendiri di cintai orang yang diam-diam aku cintai ,Balikkan rasa sakit dihati ini Jadikan rasa ini menjadi rasa ikhlas karnaMU 
Sungguh ku percaya takdir cintaku berada ditanganMU Ilahi Aku menyayangi Aini melebihi sayangku kepada Fahri Namun takkan mengurangi rasa sayang dan cintaku terhadapMu maka ikhlas kan lah hati ini untuk melepaskan cinta yang ada di hati....


 Tak terasa air mata ini mengalir deras dipipiku. Tak sanggup lagi rasanya aku mendengar do’a ukhti Ila. Segera ku beranjak dari tempat tidur mendekati ukhti Ila yang saat itu masih menenakan mukenah putihnya. 

“Kenapa ukhti ndak pernah cerita?



 ” Tanyaku. “Cerita apa Aini?”

 “Ukhti, aku mendengar semua do’a ukhti. Hati ku teriris sakit. aku merasa menjadi orang yang paling bodoh. aku sudah lama mengenal ukhti, tapi kenapa aku baru mengetahuinya sekarang atas semua ini,kenapa Ukhti Ila tak cerita kepadaku ? 

maaf kan Ukhti Aini,ini semua permintaan mas fahri agar menyimpan rahasia ini ......

Maafkan aku , ukhti, Maafkan aku….”

Tangisan ini makin menjadi,aku pun tidak tau kalau mas fahri diam-diam mencintaiku,tapi demi Allah tidak ada rasa cinta sedikitpun di hatiku untuk mas fahri aku hanya kagum ,dan hanya kagum atas kesolihan nya 

“Ukhti Ila , dengarkan Aku . Melihat tawa Ukhti Ila sudah merupakan bahagia untuk aku . Selama ini aku merasa punya saudara dan juga sahabat yg tulus menyayangi aku . Sejak kebersamaan kita , aku merasa ada yang berbeda dikehidupan ku. aku merasa mempunyai teman, aku merasa mempunyai seorang kakak dan aku merasa bahagia sekali. aku rela melakukan apa saja asal ukhti Ila bahagia. Karena bahagia Ukhti Ila adalah bahagia ku juga” Tanpa berkata apapun, langsung ku peluk ukhti ila dengan tangisku dalam batin ku ku sampaikan kata-kata ku untuk Robb ku . 


YaRobbi…
 Mungkin banyak yang KAU sayang di dunia ini Karena memang KAU maha penyayang Namun saat ini,Akulah yang merasa paling KAU sayangKAU tunjukkan rasa sayangMU dengan menghadirkan Ukhti Ila di kehidupanku Berkahi hidupnya 

YaAllah Berikan kemudahan disetiap langkahnya Serta jadikan ia hamba pilihanMU 

Pagi yang cerah. Namun tak secerah perasaanku.

 “Kamu mau kemana Aini?” Tanya seorang pemuda.

 “Mas Fahri?” Jawab ku terkejut.

 “Kenapa kamu tidak memberitahuku sama sekali??” 

aku hanya terdiam dan menunduk mendengar mas fahri berbicara. 

“Dewi Nur Aini, dihadapan aba dan umiku, dihadapan santri-santri disini, serta di hadapan Allah tentunya, aku ingin mengatakan aku sungguh mencintaimu. Dan aku ingin engkau menjadi yang halal bagiku karna Allah, karena kebaikan sikapmu, dan karena kedekatanmu denganNYA, dengan sang Maha Pencipta

” Pernyataan mas Fahri mengejutkan semua yang ada disana termasuk aku. Kecuali Umi Sarah dan Aba Ahmad yang terlihat santai dengan pernyataan yang diucapkan putranya.

 Seketika aku menoleh ke arah Ukti Ila aku khawatir dengan perasaan Ukhti Ila. Tapi dia tersenyum pada ku , pertanda Ukti Ila mendukung “Jika memang kita di takdirkan untuk bersama, insyaAllah aku bersedia tapi maaf mas fahri, saya sudah di khitbah sama laki-laki,ada laki-laki yang sedang menunggu ku ” ucapkan ku membuat semua yang ada disana terkejut . 

ku dekati Ukhti Ila , kemudian ku peluk dia . “Syukron Aini…”